Sampah Plastik Jadi Tantangan Kolaborasi Jadi Kunci untuk Mengatasi Permasalahan Ini

Suara.com - Krisis polusi plastik di Indonesia tetap menjadi tantangan, terbukti dengan prediksi peningkatan 30% sampah plastik ke saluran air selama tahun 2017 dan 2025 - dari 620.000 ton per tahun menjadi sekitar 780.000 ton per tahun.

Selama ini, harus diakui, pekerja sampah informal mempunyai peran sangat penting dalam mencegah pencemaran sampah plastik. Sekitar 700.000 ton dari 1 juta ton sampah plastik yang mereka kumpulkan, berhasil didaur ulang dan tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Meski demikian, tetap diperlukan kolaborasi yang merupakan kunci untuk mendorong perubahan ini.

Setelah berjalan selama empat bulan, Informal Plastic Collection Innovation Challenge (IPCIC), kerja sama antara Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP) dengan World Economic Forum, UpLink dan Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA), telah berhasil diselesaikan dengan menghasilkan 11 kemitraan yang terbentuk baik sesama peserta program maupun antara peserta dengan pemangku kepentingan utama pengelolaan sampah di Indonesia.

Baca Juga: Apa Itu Wedang Uwuh? Lengkap dengan Rincian Bahan, Cara Membuat, dan Manfaatnya

Sebanyak 12 inovator lokal dan internasional telah menjalani pelatihan, pendampingan, dan pembangunan kemitraan, untuk mempertajam solusi mereka guna meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik dengan mengoptimalkan penghidupan, transparansi, kapasitas, serta peran sektor informal di Indonesia.

Duala Oktoriani, Manajer Program di OPPA, mengatakan bahwa kolaborasi ini akan menggerakan perubahan sistemik di sektor pengelolaan sampah. Ia juga berharap bahwa kolaborasi ini akan berkontribusi terhadap pengurangan 70% sampah plastik pada tahun 2025.

Tim IPCIC dengan bangga mengumumkan 11 kemitraan yang terbentuk selama program:

  • Duitin - Griya Luhu: Menghubungkan Duitin pickers ke bank sampah Griya Luhu
  • Duitin - LPBI NU: Pengelolaan sampah untuk komunitas LPBI NU dan insentif akan disumbangkan kembali ke masjid
  • Duitin - Sampangan - Softex Kimberly Clark: Pengelolaan limbah popok dan pembalut
  • Duitin - The Kabadiwala: Kolaborasi untuk meningkatkan teknologi dalam pengumpulan sampah plastik
  • Duitin - Unilever Foundry: Digitalisasi bank sampah di wilayah Jawa-Bali
  • Empower - Geledek: Menciptakan ekosistem pengumpulan sampah plastik dengan menyertakan aspek keterlacakan dan transparansi
  • Griya Luhu - Bank Sampah Induk Surabaya: Digitalisasi sistem operasional Bank Sampah Induk Surabaya melalui aplikasi Griya Luhu
  • Octopus - Prof. Enri Damanhuri (ITB): Prof. Enri Damanhuri bergabung dalam dewan penasihat Octopus
  • Rekosistem - Aqua: Pemasangan rebox (reverse vending machine) baru melalui pendanaan dari Aqua untuk mengumpulkan lebih banyak botol plastik dari konsumen
  • Rekosistem - Bank Sampah Induk Surabaya - Robries: Kerja sama dalam pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah plastik
  • Rekosistem - Gojek: Layanan pengambilan sampah dari cloud kitchen Gojek
  • Lebih dari 52 perwakilan perusahaan, penyedia modal, dan organisasi juga menghadiri IPCIC Showcase Fest, acara pitching virtual selama tiga hari (20 - 22 Oktober) yang diadakan untuk menampilkan solusi dari para inovator kepada calon mitra atau investor.

    Hubungan yang terbentuk antara para undangan dan inovator selama acara pitching memperlihatkan harapan yang menjanjikan untuk peluang kolaborasi guna meningkatkan sektor pengelolaan sampah.

    Baca Juga: Halaman dan Gerbang Tertutup Sampah Dari Tangsel, Kelurahan Cilowong Ditutup

    "IPCIC Showcase Fest adalah gagasan yang bagus untuk menghubungkan para inovator dengan para pemain kunci dalam inisiatif pengurangan sampah plastik. Kami berharap lebih banyak kemitraan akan terjadi di masa depan" kata Hidayah Hamzah, Manajer NPAP.

    0 Response to "Sampah Plastik Jadi Tantangan Kolaborasi Jadi Kunci untuk Mengatasi Permasalahan Ini"

    Post a Comment